Minggu, 27 Desember 2009

Kuda Besi Bernama Harley

Sebuah motor Harley Davidson bisa membuat orang termimpi-mimpi. Apa pun akan dilakukan seseorang untuk menggapai mimpinya. Seorang tukang kayu bakar asal Majalay, Jawa Barat, akhirnya bisa memiliki sepeda motor Harley setelah menabung selama 40 tahun.

Berkendaraan Harley Davidson tidak sekedar “rung-rung-rung” seperti menaiki sepeda motor ke pasar, ke rumah mertua, atau ke mana pun. Mengendarai Harley bagi pemiliknya adalah satu kebanggaan. Berputar-putar keliling kota atau konvoi dari kota ke kota dengan menunggang Harley yang berbodi gagah, membawa kepuasan tersendiri bagi pemiliknya.

Jadi, jika kita berbicara mengenai Harley, kita tidak bicara soal teknologi atau kenyamanan. Kita berbicara soal “legenda”, pengalaman, dan gaya hidup. Itu yang membedakan Harley dengan motor besar lainnya. Tak ada satu pun Harley di dunia ini yang sama bentuknya. Anda tidak akan pernah menemukan Harley yang identik. Waktu keluar dari pabrik, memang modelnya sama. Akan tetapi, begitu sampai di tangan pembeli, Harley itu akan mereka modifikasi. Para pemilik Harley akan mengekspresikan dirinya dengan “mendandani” Harley mereka.

Fanatisme orang-orang Harley memang luar biasa. Bahkan ada yang mengatakan bahwa darah mereka adalah darah Harley. Makanya ada penggemar Harley yang badannya ditato Harley, berkaus Harley, dan bergaya hidup Harley.

Fanatik dengan Harley sudah menjadi ciri khas penggamr Harley. Di Amerika mereka disebut Harley People. Bahkan, ada yang hidup di atas sadel Harley, berkeliling membawa perlengkapan masak, minum, dan pakaian sambil memburuh di sana-sini. Saking fanatiknya, keluarga mendiang Elvis Presley pun ikut menguburkan Harley Electra kesayangan penyanyi rock’n’roll tersebut ke liang lahat sang bintang.

Harley Davidson adalah perwujudan sejarah Amerika yang dimodernisasi. Orang AS atau sejarah AS tidak bisa dipisahkan dengan kuda, karena dari sejarah, AS dibuka dengan kuda. Ketika mendesak orang-orang pribumi, imigran dari Eropa menggunakan kuda. Karena itu, Harley Davidson didesain seperti “kuda” dengan ciri per belakang rigid, kaku, memenuhi syarat kebutuhan orang AS akan “kuda” tersebut.

Berkaitan dengan hobi mereka yang gandrung Harley tersebut, para penggemar Harley di Indonesia membentuk HDCI. Aktivitas HDCI itu, sembari tur ke kota-kota, entah untuk napak tilas misalnya, mereka melakukan aksi sosial.

Harley pun menjadi sebuah gaya hidup. Pakaian pengendara Harley, yang memang didesain untuk kenyamanan dan keamanan pengendaranya pun, menjadi mode. Pakaian itu disesuaikan dengan motornya. Pakaian harus menyatu dengan mesin karena knalpot Harley itu panas. Jadi, pakaian harus pas di badan untuk memudahkan gerak. Kalau memakai celana pantalon pasti hangus karena knalpotnya memang panas. Jaket kulit juga wajib digunakan pengendara untuk melindungi tubuh kalau kecelakaan. Sepatu tinggi pun bukan gaya-gayaan, tetapi untuk melindungi ankle saat mengerem. Dompet yang diberi rantai itu bukan sok. Di atas motor pengendara sering goyang, sehingga memungkinkan dompetnya jatuh. Oleh karena itu, dompet pengendara diberi rantai.

Sumber :

Jos Daniel Parera dan Frans Asisi Datang, Pelajaran Berbahasa Indonesia 3, Erlangga, Jakarta, 2003.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar